sajak bahasa kita

yang paling pelik memang bagaimana menunjukkan sejelas-jelasnya bahwa pengelolaan formal yang tepat terhadap kata-kata yang hendak dikonstruksi menjadi puisi mempunyai implikasi sosiologis dan pada dasarnya selalu berkaitan erat dengan landasan-landasan ekonomis sehingga pengertian formal yang dipicu bahasa puitik beserta pencerahan eksperiensial yang menjadi buah dari pengertian itu dapat menjadi dorongan utama bagi penggubahan sebuah sajak

yang sangat dilematik memang bagaimana meyakini formalitas bukan sebagai sesuatu yang sukar karena sudah sejak awal kelahirannya sebuah sajak mengandaikan keringkasan sementara ornamentalisasi mencolok semacam ini semestinya tidak mewajibkan kemampuan inteligensia dibandingkan pengalaman estetis awam yang paling jujur untuk mengagumi keanehannya sebagai cara fenomenal pada upaya-upaya pelibatan diri ke dalam sistem gaya bahasa

yang jadi polemik memang bagaimana menerapkan keterampilan formal itu pada tindak tuturan yang bisa membongkar tajuk-tajuk berita dan pernyataan-pernyataan penguasa segala zaman agar fetisisme terhadap langgam-langgam sastrawi tidak menjadi alat eksploitasi di tengah-tengah situasi dan keadaan mendesak yang menuntut kelestarian ragam kegiatan seni literasi yang selalu berhadap-hadapan dengan pesona sayembara di gelanggang sastra kita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *