Setelah memperkenalkan diri lewat single perdana Bookstore, grup musik pop asal Depok bernama Cloud kembali dengan karya terbaru bertajuk Asmara Bahagia. Lagu ini menjadi lanjutan dari cerita cinta yang sebelumnya telah dibangun, namun kali ini dengan suasana yang jauh lebih hangat dan penuh harapan.
Dalam Asmara Bahagia, Cloud menggambarkan momen spesial yang dikenal banyak orang sebagai butterfly era, sebuah masa awal hubungan saat semuanya terasa baru, menyenangkan, dan berbunga-bunga. Lewat lirik – liriknya, lagu ini membawa pendengar merasakan bagaimana cinta bisa terasa begitu berwarna ketika dijalani bersama orang yang tepat.

Salah satu lirik yang menurut Cloud menjadi sorotan adalah: “Ku harap kita bahagia melewati semua.” Kalimat sederhana ini mengandung makna mendalam: sebuah harapan agar hubungan cinta tidak hanya indah saat senang, tetapi juga kuat saat menghadapi tantangan.
Musiknya sendiri memiliki nuansa lembut yang membuat lagu ini nyaman untuk didengarkan. Perpaduan lirik dan aransemen yang selaras membuat Asmara Bahagia terasa personal namun tetap mudah diterima oleh siapa saja yang pernah—atau sedang—merasakan cinta.
Dengan rilisnya single kedua ini, besar harpaan Cloud dapat konsisten dalam merangkai cerita melalui musik. Asmara Bahagia bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang harapan, kebahagiaan, dan keinginan untuk terus berjalan bersama.

Helmi Rafi Jayaputra (Depok, 1996) mengambil langkah baru dengan mendirikan Kolase Kultur, sebuah media alternatif di Depok yang berfokus pada seni dan budaya. Kolase Kultur hadir sebagai platform yang menjembatani berbagai ide dan gagasan serta menjadi ruang kolaborasi inklusif antara seniman, kurator dan komunitas. Sebelumnya Helmi bekerja selama 9 tahun sebagai Creative Generalist dan menyelesaikan beragam proyek dokumenter di berbagai kelembagaan non-profit, diantaranya; Penabulu Foundation (2015) dengan isu mengurangi tingkat emisi karbon dunia, Human Rights Working Group (2018) dengan isu Kebebasan Beragama dalam Hak Kemanusiaan, Sawit Watch (2021) dengan isu perhutanan sosial dan konservasi sawit, dan Pandu Laut Nusantara (2024) dengan isu konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Di ranah perfilman, Helmi terlibat dalam INDICINEMA, jaringan bioskop alternatif Indonesia yang berpusat di Bandung. Sejak 2019, ia turut mendirikan dan mengelola satu-satunya bioskop alternatif di Depok. Saat ini aktif membangun dan menulis di Kolase Kultur.
Tinggalkan Balasan