Mengenal Lebih Baik Komunitas Musik Depok di Acara SalingSapa

Malam Minggu, 25 April 2025 acara “SalingSapa” mencoba mendekatkan para insan musik di Depok. Sebuah acara ngobrol santai mengenai hal-hal yg berkaitan dengan band musik, terkhusus prihal manajemen musik yg berkaitan dengan branding dan personal branding melalui seni visual. Beberapa pembicara diundang untuk bagi-bagi ilmu, dari hal kegiatan acara, visual dan design. Mereka menggambarkan dengan kata kunci seperti: “kolektif”, “disiplin” dan “scene“.

Acara ini dimulai dengan menggambarkan kegiatan Lokalin yg bertempat di Depok sebagai pusat perkembangan musik. Lokalin adalah kegiatan menarik, membumikan musik dengan gambaran urban-society. Dari nama-nama kegiatannya saja familiar: Nyetudio (kegiatan rekaman musik), KonSerin (kegiatan pentas band musik) , Gigs Saban bulan (program pentas dalam sebulan, Panggung lintas kota (program mitra band musik kolektif dari kota kota di Indonesia), dan tentunya SalingSapa (ngobrol diskusi tentang musik). Kegiatan ini tentu melekat dengan konsep pemberdayaan dan pembangunan, yaitu memberikan ruang-ruang baru untuk perkembangan musik.

Acara Lokalin mencoba hal yang berbeda, menarik peran serta seniman atau desainer seni visual agar bisa lebih terlibat dalam kegiatan bermusik.

Pembicara malem itu adalah Zam, Ben dan Gilang. Mereka tidak mengganggap diri mereka sebagai seniman atau “artis” tetapi sebagai eksplorasi diri melalui karya karya visual. Penonton sebagai khayalak, pada malam itu bukan hanya pendengar dan penonton tetapi penikmat musik yg lebih utuh.

Bicara santai ini penuh dengan berbagi pengalaman, dan juga inside joke yg menggambarkan manajemen musik dari segi visual art. Desain dan seni citra diwujudkan dari “ruh” musik yg diperlihatkan dalam bentuk logo, topografi, bentuk gambar yang kemudian diterapkan pada berbagai identitas musik. Poster, merchandise, album cover, dan berbagi media lain yg bisa mengarahkan pendengar musik ke mana mereka berada.

Desain yg bisa disebut artwork ini dikerjakan dan diwujudkan dengan cara-cara yg beda, bayangkan saja siapa sangka kalau karya karya ini “dibayar” dengan slot pentas oleh client. Cerita langka lain adalah bagaimana meminta membuat artwork dengan hubungan pertemanan dengan timbal balik yang unik.

"eh lu lagi santai nggak ?, gue minta tolong dong"
- Gilang menceritakan bagaimana dia diajak ngobrol tentang permintaan kerjasama pembuatan artwork oleh temen dekat.

Mewujudkan nya pun dilakukan dengan  proses kreatif yg beda, mendengarkan musik-nya client, mencari identitas mereka, coba coba berbagai font-type, eksperimen dengan media seni dan alat, dan tentunya main petak-umpet dengan client karena butuh waktu pengerjaan yang lebih lama. Seperti nya santai (walau dikejar kejar) dan terdengar menyenangkan, eksplorasi konsep dari memadukan musik dan desain. Apalagi ada cerita dari pembicara bagaimana dia harus mendengarkan musik-musik yg eksperimental, sampling suara dari orang ngobrol, orang lewat, ondel-ondel jalanan, dan suara yg diluar kebiasaan.

Cerita-cerita tentang merancang desain artwork ini menginspirasikan bahwa seni musik dan pencitraan bisa memberikan nilai tambah pengalaman untuk bermusik. Perpaduan ilmu (inter-disiplin) ini bisa memberikan arahan yg kreatif artistik dan juga memahami diri sendiri (eksplorasi diri)

Sesederhana gambaran kolaborasi itu tidak selalu antar genre musik tapi juga lintas disiplin, dan yang paling penting adalah bagaimana atau cara membicarakan itu : dari seniman ke client, dari karya ke khayalak dan dari mereka kepada komunitas musik, diantara sesamanya yaitu dari pemusik ke pemusik.

Perancang atau Desainer artwork ini lebih dikenal dengan “visual artist” dan tantangan nya adalah mencari tahu, belajar dengan “jalan bareng” dan bisa menyesuaikan ego dengan ekspektasi pemusik.

Sebuah pengalaman yg berharga malam itu adalah produk sebagai bentuk multi-interpretasi namun tetap pada identitas. Walau banyak berfikir, kemunculan identitas itu muncul secara alami yg dirangkum dalam istilah “effortless”. 

“Olsam itu bisa jadi banyak arti, olahan musik melayu, orkeslah sampe azan maghrib, olahan sampah padahal, itu (identitas) adalah kita sebagai anak tongkrongan bengkel: oli samping (ol-sam)”
– Zam menjelaskan bahwa kreativitas itu memiliki banyak makna

Pengalaman yg lebih berharga, yg mereka ceritakan adalah perlu atau tidaknya menggunakan jasa desainer. Lebih umumnya memang subjektif dan diperlukan kesadaran atas kemampuan diri dan keterbukaan tentang kolektif dan kolaborasi. Jika memang mau melibatkan diskusi, memahami pendengar (khalayak) dan eksplorasi cara pandang maka memang diperlukan desainer. Adapun pengaruh lain yg perlu disadari adalah pentingnya efek jangka panjang band itu.

"Ada band, timur jauh, untuk bisa memahami visual nya, istilah nya "timur jauh" itu kaya apaaan kan perlu pandangan visual dari yg punya kemampuan"
- Zam menjelaskan adanya gambaran yang berbeda dalam cara pandang pengetahuan yang dimiliki individu

Ke depan acara saling siapa akan terus membuka dan ingin melibatkan banyak pihak khususnya di kota Depok, karena mereka yakin banyak talenta dan juga orang berbakat di Depok namun tidak saling mengenal. Maka mereka perlu upaya-upaya yang mengajak agar lebih banyak orang mau untuk datang dan berkembang sehingga bisa tumbuh bersama.

Acara ini sesuai dengan semangat bersama dan partisipasi yg terbuka, ketika grimis menjadi hujan dan penonton perlu mendekatkan diri disitulah obrolan santai menjadi lebih bersinar, bersinergi dan bersama.

“Ini baru namanya lokalin, kita ngedeprokin aja”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *