guru tua itu marah-marah
ke warga yang, mungkin,
menjadi muridnya.
dia berkeluh kesah
soal kejayaan raja-raja lampau
tentang imperium masa lalu
yang mengajarkan cara bertani
hingga kita tak perlu membayar upeti
tapi itu sudah lewat
semuanya
dan kisah guru tua itu pun
barangkali tak pernah terjadi
atau juga sudah berlalu
ratusan tahun lalu
sebelum arus utara merajai
masyarakat selatan
hari ini, arus yang berbalik menjadi mitos
di tangan para pujangga, seniman, dan ilmuwan
yang berandai-andai jika arus berbalik lagi… ke utara
masalahnya,
corona dan perubahan gerak merkurius
membuat semuanya hilang arah
kami pun dipaksa menjadi manusia absurd.
akan ke mana arus bergerak,
arus balik pun tak pernah meramalkan ini
apa perlu kubilang ke orang-orang,
“Kita harus merayakannya, mengakuinya,
bukan demi nilai-nilai, tapi agar bisa bahagia
sedikit saja!”
Amaq Dahrun di Lombok Utara
kerap menyapaku dengan ujaran ringkas:
“Jangan lupa berbahagia!” serunya
sambil tersenyum, memilin kumisnya
yang panjang itu, seriak arus
yang belum lagi pernah berbalik
ke mana pun.
dan memang belum ada yang berbalik dari mana ke mana.
masalah manusia, rupanya, cuma satu belaka:
gagal menaklukan pola hidup
hingga kematian jadi menggiurkan,
banyak yang bunuh diri,
seakan mereka pernah melihat dunia
yang ada di sebelah sana;
mengira dunia di sana itu jawaban
—
bunuh diri dianggap
cara untuk dapat diakui
meski raga tak lagi berada
di hadapan mata-mata
sanak-keluarga yang bertanya
namun,
kematian memustahilkan kemustahilan kita
kau boleh saja mendebatku,
tapi agaknya……,
mati bukan jawaban;
bunuh diri hanya pelarian
sedangkan pencarian nilai
hanyalah kematian filosofis
sebab,
kemustahilan mengandaikan:
penerimaan kegagalan,
perayaan kaos,
penjagaan proses.
kematian adalah pengakhiran
olah raga
sedangkan hidup
hanya akan berbahagia
selama raga tetap bergerak
gerak tubuh menentukan gerak arus
ke mana pun arahnya
entah berbalik,
entah berputar
selama arus bergejolak
kita tahu, kehidupan masih ada.
MANSHUR ZIKRI (Pekanbaru, 1991) adalah seorang kritikus yang saat ini menetap di Yogyakarta. Ia menjabat sebagai editor utama di Jurnal Footage, sebuah media daring yang membahas sinema dan seni kontemporer. Zikri pernah bekerja sebagai kurator di Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat (2020–2022) dan menjadi anggota dewan juri pada ARKIPEL – Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival edisi ke-9 (2022). Sejak tahun 2009, Zikri aktif sebagai salah satu anggota Forum Lenteng. Ia juga mengelola akun TikTok @ngomendotcom serta menjadi penggerak sejumlah kegiatan, seperti proyek bebunyian Situationist Under-Record, kelompok seni performans PROYEK EDISI, dan gerakan sinema Council of Ten. Di bidang seni performans, ia memegang peran penting dalam penelitian dan kajian artistik 69 Performance Club. Zikri juga menyenangi sastra, tentunya.
Tinggalkan Balasan