Ketika menelusuri sejarah, sulap sebagai seni pertunjukan ternyata telah menjadi bagian dari kebudayaan manusia selama ribuan tahun. Membaca berbagai artikel tentang akar sejarah kesenian ini membuat saya seolah terjebak dalam lorong waktu—tanpa terasa menghabiskan berjam-jam di depan laptop.
Salah satu catatan menarik datang dari W. M. Flinders Petrie dalam bukunya Egyptian Tales, First Series, IVth to XIIth Dynasty (2005). Dalam buku tersebut, ia mengisahkan legenda tentang Djedi, seorang pesulap dari 4.700 tahun yang lalu, pada masa Firaun berkuasa di Mesir Kuno—sebuah jejak awal seni ilusi yang memukau peradaban sejak ribuan tahun silam.
Saya mencoba menghubungi salah satu pesulap asal Depok, Zaky, bukan ingin menanyakan trik sulap memenggal kepala seekor burung dan kemudian menghidupkannya kembali seperti Djedi di masa Firaun, tapi bersapa untuk mengenal lebih dalam kolektif pesulap yang sudah satu dekade berkarya di kota Depok.

Depok Magician adalah komunitas pesulap yang telah berkiprah selama lebih dari 10 tahun di Kota Depok. Berdiri sejak 2014, komunitas ini menjadi wadah bagi para pesulap, baik yang profesional maupun sekadar hobi, untuk mengasah keterampilan, berbagi ilmu, dan bereksperimen dengan berbagai trik.
Namun, seperti banyak komunitas seni lainnya, Depok Magician sempat mengalami masa sulit akibat pandemi COVID-19. Hampir seluruh aktivitas mereka terhenti, bahkan bisa dikatakan 90% mati. Baru pada tahun 2023, komunitas ini mulai bangkit kembali dengan membangun jejaring, melakukan latihan bersama, dan menggelar pertunjukan rutin.
Zaky, Wakil Ketua Depok Magician, mengungkapkan, “Ketika pandemi, Depok Magician bisa dikatakan 90% mati. Nggak ada kegiatan sama sekali. Setelah pandemi, kami mulai jalan lagi pelan-pelan dengan menggerakan sisa member yang ada.”
Sejak awal berdirinya, Depok Magician telah aktif di berbagai panggung, mulai dari acara sekolah hingga festival – festival besar. Salah satu momen penting dalam kebangkitan mereka setelah pandemi adalah kerja sama dengan Tentang Kopi Margonda pada tahun 2023, yang memungkinkan mereka untuk mengadakan pertunjukan bulanan. Kini di tahun yang baru, Depok Magician rutin menggelar pertunjukan bulanan di Kaldi Cafe.
“Sebelum kami stabil dengan pertunjukan bulanan, saya dan Aji sempat keliling Depok untuk mencari kafe yang cocok diajak kerja sama. Itu beberapa bulan, kayak Si Doel nyari lowongan kerja,” ujar Zaky.

Depok Magician digawangi oleh Aji Dakota (Ketua), Zaky (Wakil), dan Ricky Lie (Bendahara), dan seluruh anggota yang memiliki peran aktif dalam membangun komunitas ini. Saat ini Depok Magician memiliki dua program utama:
- Perform Rutin Bulanan: Pertunjukan sulap yang digelar setiap bulan sebagai ajang unjuk kebolehan para anggota komunitas.
- Magic Jamming: Sesi latihan dan diskusi yang berlangsung 2-3 kali per bulan, tempat para anggota berbagi trik dan teknik sulap, dari yang paling dasar hingga tingkat mahir.
“Bedanya kalau Jamming itu kita ngobrol – ngobrol bertukar wawasan dan trik dari basic hingga expert yang kemudian hasilnya kita unjuk di Kaldi Cafe,” ucap Zaky.
Selain itu, Depok Magician sangat terbuka untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, baik di kafe maupun event-event besar. Dalam wawancara melalui whatsapp, Zaky juga menyampaikan harapan agar Depok bisa menjadi kota yang lebih ramah bagi komunitas seni dan budaya.
“Semoga kota Depok menjadi kota yang menyenangkan buat yang ngejalanin hobi. Karena hobi yang positif bisa menghindarkan anak muda dari bahaya narkoba, dan lain-lain,” ujar Zaky.
Menurutnya, banyak ruang publik yang bisa dimanfaatkan untuk menampilkan seni sulap, namun dukungan dari pemerintah kota masih minim.
“Pemkotnya ajak main kita dong! Kita bawa nama Depok sampai panggung ASEAN, tapi pemkotnya entah nggak tahu atau memang belum aja,” ungkap Zaky sambil tertawa.
Sebagai bagian dari ekosistem seni dan budaya di Depok, Kolase Kultur turut mendukung kebangkitan komunitas seperti Depok Magician. Kami berharap semakin banyak ruang yang terbuka bagi Depok Magician untuk memperkenalkan seni sulap kepada masyarakat luas.
Bagi yang ingin menyaksikan langsung aksi para pesulap Depok Magician, mereka rutin tampil di Kaldi Cafe, Juanda Depok (Selama bulan puasa libur). Jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati keajaiban trik dan kecepatan tangan dari para pesulap berbakat Kota Depok!


Helmi Rafi Jayaputra (Depok, 1996) mengambil langkah baru dengan mendirikan Kolase Kultur, sebuah media alternatif di Depok yang berfokus pada seni dan budaya. Kolase Kultur hadir sebagai platform yang menjembatani berbagai ide dan gagasan serta menjadi ruang kolaborasi inklusif antara seniman, kurator dan komunitas. Sebelumnya Helmi bekerja selama 9 tahun sebagai pembuat video dan menyelesaikan beragam proyek dokumenter di berbagai kelembagaan non-profit, diantaranya; Penabulu Foundation (2015) dengan isu mengurangi tingkat emisi karbon dunia, Human Rights Working Group (2018) dengan isu Kebebasan Beragama dalam Hak Kemanusiaan, Sawit Watch (2021) dengan isu perhutanan sosial dan konservasi sawit, dan Pandu Laut Nusantara (2024) dengan isu konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Di ranah perfilman, Helmi terlibat dalam INDICINEMA, jaringan bioskop alternatif Indonesia yang berpusat di Bandung. Sejak 2019, ia turut mendirikan dan mengelola satu-satunya bioskop alternatif di Depok. Saat ini aktif membangun dan menulis di Kolase Kultur.
Tinggalkan Balasan