Ekosistem musik di Depok terus melahirkan talenta-talenta baru, salah satunya Yoel Rumapea, yang lebih dikenal dengan nama panggung EL. Soloist asal Depok ini baru saja merilis single perdananya berjudul Masih Berharap melalui label studio Musik ++. Lagu pop ini hadir dengan lirik yang emosional dan melodi yang mengalun lembut, menciptakan kesan yang mudah diingat dan menyentuh perasaan.
Selain sebagai soloist, EL juga aktif dalam band Ad Cetera Muzika, yang rutin tampil di berbagai kafe di Kota Depok. Keaktifannya di panggung membentuk gaya bermusiknya yang khas—menggabungkan permainan gitarnya dengan karakter vokal yang penuh perasaan, menciptakan harmoni yang begitu melekat di telinga pendengar.
Dalam single debutnya, Masih Berharap adalah kisah rindu yang tak selesai. EL menyuguhkan melodi yang lembut dan lirik yang menggambarkan perasaan seseorang yang belum bisa melepaskan cinta di masa lalu.
“Melupakan seseorang bukan perkara sehari dua hari. Kadang, meski merasa sudah bisa move on, perasaan itu bisa muncul lagi dalam bentuk yang tak terduga. Saya rasa banyak orang mengalami hal serupa, dan lagu ini bisa menjadi teman bagi mereka yang masih menyimpan harapan,” ucap EL.

Dibalut dengan aransemen pop yang nyaman didengar, lagu ini terasa semakin kuat dengan sentuhan Jeffrey Stefanus, seorang music arranger yang telah banyak menangani penyanyi ternama seperti Salshabilla, Nagita Slavina, dan Anneth.
Selain tumbuh sebagai musisi dari panggung-panggung kecil di Depok, EL juga rutin membagikan cover lagu di media sosial—bukan sekadar latihan, tetapi juga sebagai cara untuk terus terhubung dengan para pendengarnya. Kini, single Masih Berharap sudah bisa dinikmati di berbagai platform musik digital.

Helmi Rafi Jayaputra (Depok, 1996) mengambil langkah baru dengan mendirikan Kolase Kultur, sebuah media alternatif di Depok yang berfokus pada seni dan budaya. Kolase Kultur hadir sebagai platform yang menjembatani berbagai ide dan gagasan serta menjadi ruang kolaborasi inklusif antara seniman, kurator dan komunitas. Sebelumnya Helmi bekerja selama 9 tahun sebagai pembuat video dan menyelesaikan beragam proyek dokumenter di berbagai kelembagaan non-profit, diantaranya; Penabulu Foundation (2015) dengan isu mengurangi tingkat emisi karbon dunia, Human Rights Working Group (2018) dengan isu Kebebasan Beragama dalam Hak Kemanusiaan, Sawit Watch (2021) dengan isu perhutanan sosial dan konservasi sawit, dan Pandu Laut Nusantara (2024) dengan isu konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Di ranah perfilman, Helmi terlibat dalam INDICINEMA, jaringan bioskop alternatif Indonesia yang berpusat di Bandung. Sejak 2019, ia turut mendirikan dan mengelola satu-satunya bioskop alternatif di Depok. Saat ini aktif membangun dan menulis di Kolase Kultur.
Tinggalkan Balasan