lugas lagi, dan lagi

apa gara-gara sajak mengamini ornamentalisasi

makanya banyak orang sering kali

mendelimitasi referensi…

dan senang membangun teka-teki?

kalau saja alam rujukan sengaja dihancurkan

untuk melipat kenyataan,

bolehlah kemudian ornamen dan kiasan

tak lagi kita pertanyakan.

persoalannya: teka-teki itu bukan untuk kami.

mereka biarkan manual dan mesin kata bersembunyi

di kepala mereka sendiri.

karenanya, sensori lugu menjadi kopong

akibat benda-benda diikutsertakan berbondong-bondong,

menyaingi jiwa dan keberadaan karakter yang selalu ada bolong,

tapi semuanya diam didikte kegenitan bait-bait penyair yang melolong

sbornost’ menjadi sembrono

dengan konsiliaritas kata, maka oligarki sastra menegas 

biografi keseharian tak ubahnya dokumen yang diberi batas

sudahlah, berhenti saja mengira kau dikoyak sepi!

jangan pula beralih jadi peneropong sunyi.

koyak saja dokumen itu dengan puisi 

— aku bilang,

“Puisi!”

ornamentalitas bukan teka-teki,

melainkan mesin yang sepatutnya bisa dimengerti

segampang mengetik kalimat ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *