Trio power pop Eleanore asal Bekasi yang digawangi oleh Marcello Averie, Haykaal Keyzer dan Daffa Reyza Rafif mengajak pendengar untuk menyusuri lorong waktu dalam EP perdana mereka, “Now Showing” yang telah dirilis pada 26 Januari 2025. Dengan lima lagu yang memadukan harmoni khas The Beatles dan The Beach Boys, serta nuansa pop-rock klasik tahun 1960-an dan 1970-an, Eleanore menciptakan pengalaman mendengarkan yang menyerupai pertunjukan film vintage—penuh konsep, drama, dan nostalgia.
Sebagai sebuah karya yang berlandaskan konsep sinema, Now Showing dirancang layaknya sebuah film pendek musikal, di mana setiap trek berperan sebagai adegan yang saling terhubung. EP ini dibuka dengan Intro, sebuah versi acapella dari single debut mereka Safer Space yang telah dirilis pada Desember tahun lalu. Seperti tirai yang perlahan terbuka di layar perak, Setiap lagu ini memperkenalkan atmosfer harmonisasi vokal yang menjadi ciri khas Eleanore.
Selanjutnya, Please, Let It Go My Way! mengalun sebagai keluhan manis terhadap ketidakpastian hidup—sebuah seruan kepada semesta agar tak lagi menghalangi impian. Dengan melodi yang ringan namun sarat perasaan, lagu ini menggambarkan pergulatan antara harapan dan kenyataan. Safer Space, lagu ketiga dalam EP ini, menggali lebih dalam perasaan setelah patah hati, menceritakan pencarian kenyamanan di pelukan baru setelah hubungan lama usai.

Berikutnya, Gloria menghadirkan kehangatan romansa dengan nada yang sederhana namun melankolis, bercerita tentang pesona seorang perempuan yang membuat hati melayang. Sebagai penutup, Mimpi Yang Belum Sampai (Apa Yang Ku Cari) menyajikan refleksi paling emosional di EP ini—tentang mimpi yang tertunda, harapan yang tak tercapai, dan pertanyaan yang menggantung di ujung takdir.
Setia pada akar musiknya, Eleanore menghadirkan harmoni vokal yang kaya, gitar twangy dan jangly, serta aransemen yang dipenuhi elemen vintage, membangkitkan kembali semangat pop-rock klasik ke dalam lanskap musik modern. Now Showing bukan sekadar musik, melainkan sebuah pengalaman sonik yang membawa kita menelusuri layar nostalgia dengan cara yang segar dan penuh jiwa.

Helmi Rafi Jayaputra (Depok, 1996) mengambil langkah baru dengan mendirikan Kolase Kultur, sebuah media alternatif di Depok yang berfokus pada seni dan budaya. Kolase Kultur hadir sebagai platform yang menjembatani berbagai ide dan gagasan serta menjadi ruang kolaborasi inklusif antara seniman, kurator dan komunitas. Sebelumnya Helmi bekerja selama 9 tahun sebagai pembuat video dan menyelesaikan beragam proyek dokumenter di berbagai kelembagaan non-profit, diantaranya; Penabulu Foundation (2015) dengan isu mengurangi tingkat emisi karbon dunia, Human Rights Working Group (2018) dengan isu Kebebasan Beragama dalam Hak Kemanusiaan, Sawit Watch (2021) dengan isu perhutanan sosial dan konservasi sawit, dan Pandu Laut Nusantara (2024) dengan isu konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Di ranah perfilman, Helmi terlibat dalam INDICINEMA, jaringan bioskop alternatif Indonesia yang berpusat di Bandung. Sejak 2019, ia turut mendirikan dan mengelola satu-satunya bioskop alternatif di Depok. Saat ini aktif membangun dan menulis di Kolase Kultur.
Tinggalkan Balasan