Setelah sukses dengan single Yang Biru Yang Tak Mati, band pop fusion Corale Riff asal Jakarta-Depok ini kembali menghadirkan karya terbaru mereka, Hidden Truth, yang kini telah tersedia di seluruh platform digital. Lagu ini yang bagi mereka merupa sebuah upaya menyejajarkan eksistensi mereka dengan kebenaran yang terselubung dalam tirai-tirai semesta, rupanya dapat dilansir pada momen ketika planet-planet di tata surya sedang sejajar pula. Band ini digawangi oleh Dev Dylan (Vokal & Gitar) , Sekar Dewantari (Vokal) dan Shinta Maharani (Vokal) yang kesemuanya memiliki karakter musik yang berbeda – beda tapi mampu menyatukan irama dalam lagu – lagunya.
Hidden Truth adalah sebuah eksplorasi musikal yang mengangkat tema misi jiwa; upaya sebuah jiwa mengingat kembali esensinya diciptakan dalam perannya sebagai manusia. Dengan aransemen yang kaya dan lirik yang menggugah lagu ini mengajak kita untuk menyelami lapisan emosi yang dalam, menggali pertanyaan-pertanyaan tentang siapa kita dan tujuan kita dalam perjalanan hidup ini.
Sekar Dewantari, vokalis sekaligus penulis lagu Corale Riff, menjelaskan bahwa Hidden Truth terinspirasi dari refleksi personal yang universal.
“Lagu ini berbicara tentang upaya memahami diri sendiri dan menemukan kebenaran yang mungkin selama ini tersembunyi dalam keseharian kita. Kami ingin pendengar merasakan koneksi personal dengan musik ini dan menemukan makna mereka sendiri dalam setiap baitnya,” ungkap Sekar.
Dibalut dengan nuansa pop fusion khas Corale Riff, Hidden Truth memadukan elemen pop, rock, jazz, R&B, dan sentuhan teatrikal yang menjadi ciri khas band ini. Melodi yang dinamis dan lirik yang puitis menciptakan pengalaman mendengarkan yang imersif, membawa kita ke dalam perjalanan reflektif yang mendalam.
Dengan perilisan Hidden Truth, Corale Riff semakin memperkuat identitas mereka di industri musik Indonesia dan siap membawa warna baru ke dalam kancah musik tanah air.
Hidden Truth kini dapat didengarkan di semua platform streaming digital.
Helmi Rafi Jayaputra (Depok, 1996) mengambil langkah baru dengan mendirikan Kolase Kultur, sebuah media alternatif di Depok yang berfokus pada seni dan budaya. Kolase Kultur hadir sebagai platform yang menjembatani berbagai ide dan gagasan serta menjadi ruang kolaborasi inklusif antara seniman, kurator dan komunitas. Sebelumnya Helmi bekerja selama 9 tahun sebagai pembuat video dan menyelesaikan beragam proyek dokumenter di berbagai kelembagaan non-profit, diantaranya; Penabulu Foundation (2015) dengan isu mengurangi tingkat emisi karbon dunia, Human Rights Working Group (2018) dengan isu Kebebasan Beragama dalam Hak Kemanusiaan, Sawit Watch (2021) dengan isu perhutanan sosial dan konservasi sawit, dan Pandu Laut Nusantara (2024) dengan isu konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Di ranah perfilman, Helmi terlibat dalam INDICINEMA, jaringan bioskop alternatif Indonesia yang berpusat di Bandung. Sejak 2019, ia turut mendirikan dan mengelola satu-satunya bioskop alternatif di Depok. Saat ini aktif membangun dan menulis di Kolase Kultur.
Tinggalkan Balasan