aku hidup di masa
banyak budayawan
di-cancel gara-gara
selangkangan
tak terdidik..., uh...!
aku hidup di masa
citra darah dan puntung badan
harus di-share supaya
kemanusiaan
kembali menub..., uh...!
pelecehan dan genosida
memfituri masaku, oooooiii...!
adakah kata-kata yang mengatai mereka
bukan varian dari eksploitasi belaka?
Jiaaah...!
aku hidup penuh keraguan
di tengah-tengah kekerasan
yang selalu jadi kepastian.
sementara sastra masih selalu dirayakan dengan sayembara.
kata-kata masaku tidak hidup di jalan.
mereka di panggung dan pentas-pentas teori.
di layar genggaman Anda.
boom!!!
sekali di-cancel dan di-share,
hancurlah perayaan-perayaan.
nitip sendal
kata-kata mujarab masaku
berada di ujung jari netizen.
“Sikat, Nder...!”
MANSHUR ZIKRI (Pekanbaru, 1991) adalah seorang kritikus yang saat ini menetap di Yogyakarta. Ia menjabat sebagai editor utama di Jurnal Footage, sebuah media daring yang membahas sinema dan seni kontemporer. Zikri pernah bekerja sebagai kurator di Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat (2020–2022) dan menjadi anggota dewan juri pada ARKIPEL – Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival edisi ke-9 (2022). Sejak tahun 2009, Zikri aktif sebagai salah satu anggota Forum Lenteng. Ia juga mengelola akun TikTok @ngomendotcom serta menjadi penggerak sejumlah kegiatan, seperti proyek bebunyian Situationist Under-Record, kelompok seni performans PROYEK EDISI, dan gerakan sinema Council of Ten. Di bidang seni performans, ia memegang peran penting dalam penelitian dan kajian artistik 69 Performance Club. Zikri juga menyenangi sastra, tentunya.
Tinggalkan Balasan