bukan pernyataan

mengapa kau merasa harus berhenti
menulis puisi-puisi
kalaupun mereka cuma mampu
mencolek pantatmu
dengan kemiskinan kisah-kisah nyata?

di kampung isin angsat, kalau kau ingin tahu:
riwayat yang menjadi gosip
tampil kaya karena senda-tawa.
setiap ujaran adalah puisi.
Karena warga tahu, cerita-cerita
bisa luruh disapu angin dan waktu,
puisi jadi alat untuk selalu mengingat.

Memang tak perlu ada Amerika sekarang ini
Tadi
Ataupun nanti
Berugaq yang menua tak suka jejal dari sosialita global
yang pura-pura berperikemanusiaan

Lagipula yang meriah hari ini ada pada TikTok
racunnya membuat pengusaha odong-odong
kaya raya berjuta-juta setiap malam
kau mau bilang apa?

puisi-puisi bukan untuk menusuk
apalagi menembak
Orang-orang berontak, tapi puisi dibuat
bukan sebagai sabda penyelamat
Sejujur-jujurnya senjata adalah yang suka melukai diri
lalu kabur ke dalam kerumunan di segala hari.
Cih...!
Siapa kau, mendakwa puisi obat palsu
yang diaku jiwa-jiwa yang tidak malu membisu?

Di kampung isin angsat, asal kau tahu:
pemberontakan bermula dari obrolan berugaq
orang-orang bertemu saling mengobati akal
dengan kelakar.

Puisi-puisi tidak hidup di dunia sinetron
yang di dalamnya luapan emosi membuncah
hanya karena kata-kata.
Puisi bukan kumpulan remaja tanggung yang bingung.
Pulang saja kau, sana!
Kalau berpikir menulis puisi demi validasi
dan merasa berkata-kata adalah sia-sia!

Puisi dan sajak adalah keberanian yang jujur;
validasi selalu tiada tanpa keberanian
sedang keberanian adalah dosa
jika tanpa kejujuran.

Mengapa kau masih merasa
ingin berhenti menulis puisi
hanya karena dipenjara kata-kata?
Jika puisi pernah membebaskan kata
maka ia juga akan membebaskan kita;
setiap puisi menghendaki suara-suara yang percaya.
mereka, tentu saja, adalah pedih dan perih
derita yang nyata adalah puisi yang sahih.

Bersyukurlah
ternyata kau tidak bisa berhenti menulis puisi.
puisi sejati menghancurkan kemunafikan
tapi jangan berharap puisi memeluk dirimu.
kau harus mendekat, perlahan dan khidmat
kalau ingin meramu puisi yang tepat.
di kampung ising angsat, kalau kau mau tahu:
kemunafikan kerap meracuni tubuh yang sendiri
dan yang gemar menyendiri.

sedangkan kedekatan-kedekatan
lestari di dalam setiap pertemuan;
dapat dimulai dari menemui diri sendiri.

kesendirian dan penyendirian mengingkari pertemuan.
puisi yang jujur tumbuh di dalam pertemuan
bukan bersembunyi di dalam gua pribadi
yang mendamba kesunyian.
puisi yang tegar adalah yang teguh berhadapan
dengan kebisingan dan keberisikan;
yang rajin menjelajahi dan memilah rimba kata,
yang setia berenang di samudra ujaran-ujaran.

kalau kau merasa pantas untuk dipeluk,
tulislah puisi sebelum mati.
dan puisi-puisi akan terus hidup
menjadi bagian dari isin angsat
untuk diceritakan lekat-lekat
lagi dan lagi, selama raga masih menghirup.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *