Arc Yellow band Indie-rock asal Depok yang digawangi oleh Gilang (vokal & gitar), Regie (bass) dan Daryl (Drum), akhirnya kembali membuka lembaran baru. Pada Jumat, 16 Mei 2025, mereka merilis single terbaru berjudul “Setengah Menit Ke-2” yang kini sudah tersedia di semua platform musik digital. Lagu ini menjadi penanda awal menuju album penuh ketiga mereka, yang tengah dalam proses penggarapan (sebelumnya berhasil merilis album ke-2, Oh Well… Nothing). Di rilisan ini, Arc Yellow bernaung di bawah Guerrilla Records, label independen dari Jakarta.
Dalam pernyataan resminya, Arc Yellow menggambarkan perasaan mereka saat ini sebagai semangat yang “membuncah”, seolah membentuk band untuk pertama kalinya. Mereka menyebutnya sebagai momen “telanjang tanpa balutan baju,” berlari bebas tanpa peduli komentar dari luar.

“Setengah Menit Ke-2” juga akan hadir dalam kompilasi rilisan-rilisan terdahulu seperti Blunder, Instan, dan Linear, yang dikemas dalam satu album bertajuk “Menyalak Telak.” Kompilasi ini akan dirilis dalam format kaset oleh label asal Depok, Tape for Desserts, pada awal Juni mendatang.
Arc Yellow menyadari lagu ini bisa saja berlayar ke arah yang tak terduga, mungkin sampai ke telinga yang keliru, atau kepala yang sedang berantakan. Tapi satu hal yang pasti, lagu ini lahir dari malam-malam tanpa arah dan tawa yang nyaris punah. Begitu kiranya ungkapan Arc Yellow dalam pernyataan resminya. “Setengah Menit Ke-2” adalah pelukan hangat dari kegilaan yang mereka pelihara dengan penuh cinta sekaligus menjadi penegas bahwa mereka masih punya banyak hal untuk diceritakan.

Helmi Rafi Jayaputra (Depok, 1996) mengambil langkah baru dengan mendirikan Kolase Kultur, sebuah media alternatif di Depok yang berfokus pada seni dan budaya. Kolase Kultur hadir sebagai platform yang menjembatani berbagai ide dan gagasan serta menjadi ruang kolaborasi inklusif antara seniman, kurator dan komunitas. Sebelumnya Helmi bekerja selama 9 tahun sebagai Creative Generalist dan menyelesaikan beragam proyek dokumenter di berbagai kelembagaan non-profit, diantaranya; Penabulu Foundation (2015) dengan isu mengurangi tingkat emisi karbon dunia, Human Rights Working Group (2018) dengan isu Kebebasan Beragama dalam Hak Kemanusiaan, Sawit Watch (2021) dengan isu perhutanan sosial dan konservasi sawit, dan Pandu Laut Nusantara (2024) dengan isu konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Di ranah perfilman, Helmi terlibat dalam INDICINEMA, jaringan bioskop alternatif Indonesia yang berpusat di Bandung. Sejak 2019, ia turut mendirikan dan mengelola satu-satunya bioskop alternatif di Depok. Saat ini aktif membangun dan menulis di Kolase Kultur.
Tinggalkan Balasan