tatkala genosida dan pelecehan
menjadi dua kata rutin dalam keseharian
untuk dibaca, bagi, dan gunakan,
yang jadi pertanyaan adalah kejujuran
karena
pada generasi di kota
kami mengungkai kata-kata
tanpa ancaman kokang senjata
tanpa taruhan nyawa
tidak seperti warga Papua dan Palestina
walau korona sempat melanda semua
tatkala kawan-kawanku tanpa sungkan menunjukkan:
.Feast dan Barasuara saja cukup
rujak netizen perlu dihirup
medsos adalah hidup
tidak sebegitu indah,
ironisnya hanya itu yang kita punya...,
tatkala sajak-sajak kita memang kumpulan kata belaka
bagaimana lagi kita akan menyegarkannya, Dea?
doktrin korespondensi demikian jauhnya,
faktografi tak ‘kan diminati para kolega,
sedangkan kemasyarakatan kian purna-,
ia berhenti di titik “semata” modal budaya.
filsuf-filsuf besar mendalih genosida di Palestina
antropolog ternama negeri kita
memaklumi penjajahan di Papua;
kehidupan macam itu yang hanya kita punya, Dea
kita masih bisa gembira mengungkai kata-kata
tanpa rutinitas ledakan, kematian, dan kehilangan
di studio dan taman baca kita tercinta.
karena, pada generasi di kota macam yang kita punya
penonton hidup dalam disfungsi yang betapa membiusnya
hidup itu yang kita punya: indaaaah, oh, indahnya...! pake bangettt.........
kuntul...!
MANSHUR ZIKRI (Pekanbaru, 1991) adalah seorang kritikus yang saat ini menetap di Yogyakarta. Ia menjabat sebagai editor utama di Jurnal Footage, sebuah media daring yang membahas sinema dan seni kontemporer. Zikri pernah bekerja sebagai kurator di Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat (2020–2022) dan menjadi anggota dewan juri pada ARKIPEL – Jakarta International Documentary and Experimental Film Festival edisi ke-9 (2022). Sejak tahun 2009, Zikri aktif sebagai salah satu anggota Forum Lenteng. Ia juga mengelola akun TikTok @ngomendotcom serta menjadi penggerak sejumlah kegiatan, seperti proyek bebunyian Situationist Under-Record, kelompok seni performans PROYEK EDISI, dan gerakan sinema Council of Ten. Di bidang seni performans, ia memegang peran penting dalam penelitian dan kajian artistik 69 Performance Club. Zikri juga menyenangi sastra, tentunya.
Tinggalkan Balasan