Menelusuri Jejak JooiBooi: Karya yang Tumbuh dari Hal Remeh

Gue tuh hidupnya berdasarkan insting. Kayak hewan. Tapi anehnya, insting itu sering bener.

Jooibooi

Di tengah geliat pertumbuhan kesenian di kota Depok, sosok Gilang atau yang dikenal dengan sebutan JooiBooi menjadi salah satu simpul yang menarik untuk diceritakan perjalanannya. Ia tak membangun karier yang gemerlap di pusat-pusat seni ibu kota, melainkan memilih untuk tetap berakar: menjadi warga Depok yang kini ikut memperkuat ekosistem seni di kota kelahirannya.

JooiBooi adalah seniman seni rupa, bermusik di band Arc Yellow yang kini menjadi art director di sebuah agensi digital. Melalui wawancara yang singkat, ia terlihat terus menjaga jiwa kanak-kanaknya. Rasa penasaran, bermain-main, dan ingin berbagi. Dalam dirinya, tidak ada dikotomi “yang tegas” antara seni dan keseharian yang remeh-temeh. Semuanya bercampur, lalu muncul sebagai karya kadang absurd, ringan, tapi tak pernah kehilangan makna.

Selain terpengaruh oleh sosok ibu yang merupakan guru aerobik dan memiliki banyak koleksi kaset musik, gilang kecil tumbuh di era saat toko musik menjadi pusat kegiatan sosial. Salah satu kenangan yang membekas adalah bolos sekolah di kelas 5 SD hanya untuk berlama-lama di Disc Tarra, Depok Mall. Ia hanya memandangi artwork dan cover album yang dipajang tanpa membeli. “Anjir, keren-keren ya,” katanya mengenang. Dari situ, ketertarikan terhadap musik dan visual mulai tumbuh secara alami.

“Gue waktu itu bilang dalam hati, gue nanti bakal buat band dan buat artworknya sendiri”.

Sumber: instagram.com/jooi.booi

Beranjak ke SMP ia menciptakan band khayalan, ala Gorillaz, dengan karakter-karakter kartun yang punya kepribadian dan visual masing-masing. Baginya, musik dan gambar sejak awal sudah saling menempel.

Ketertarikannya pada seni rupa dan musik makin dalam saat beranjak SMA, terutama ketika terpapar gelombang ketiga musik independen Jakarta seperti The Upstairs dan The Brandals. Baginya sangat menginspirasi, terutama karya visual yang mengiringi rilisan mereka. Dari sini Gilang mulai merumuskan keinginan: menjadi “tukang gambar” dan membuat band-nya sendiri.

Ia kemudian menyelesaikan sarjana di Seni Rupa IKJ. Terdapat sesuatu yang tak banyak diketahui orang, karena ia memang nyaris tidak pernah membagikan kehidupan pribadinya di media sosial bahwa ia sempat menjadi dosen desain grafis selama tiga tahun di PNJ dan Polmed Jakarta.

“Dosen bodong gue”, ucapnya sambil tertawa.

Sumber: instagram.com/jooi.booi

Dalam band Arc Yellow, Gilang membawa semangat yang sama: merayakan hal-hal kecil yang kerap terlupakan. Lagu-lagunya juga mengangkat tema remeh-temeh seperti kucing berantem atau orang pelor (yang gampang tidur), “Gue suka banget ngangkat hal yang nggak penting. Tapi penting.”

Ketika banyak seniman atau musisi sibuk dengan konsep besar dan narasi agung, Gilang justru membangun estetika dari kesederhanaan. Ia memegang prinsip KISS: ‘Keep It Simple, Stupid’, dan meyakini bahwa jiwa anak kecil yang jujur dan bebas adalah sumber kreatif paling murni. “Anak kecil tuh otentik. Dia hampir nggak pernah mikirin tanggapan orang,” katanya yang menurutnya cenderung bersikap “apa adanya” tanpa banyak mempertimbangkan pendapat orang lain. 

Karya-karya JooiBooi sering kali tampil “tidak sempurna” secara teknik. Tapi di situlah letak kejujurannya. Ia tidak tertarik pada arsiran yang presisi atau komposisi yang “ideal”. ia lebih tertarik pada rawness, pada ekspresi yang “organik”. Ia menggambar layaknya bermain, bukan bekerja.

Pengaruh visualnya beragam: dari pop art, anime, hingga graffiti. Ia tidak terjebak pada satu gaya atau nama besar tertentu. “Gue bukan orang yang terinspirasi dari satu tokoh aja. Kadang dari temen, kadang dari jajanan SD kayak gerobak cimol.” Salah satu tokoh yang ia hormati adalah Ameng (Alm.) yang pernah membuat pemerintahan kon*ol, ia menganggap seniman lokal yang mampu menyulap hal keseharian menjadi pernyataan visual yang kuat dan membumi.

Sumber: instagram.com/jooi.booi

Gilang tidak berhenti di musik dan ilustrasi. Ia punya banyak impian lintas medium. Ia ingin membuat jurnal visual tukang jajanan SD yang menyorot estetika gerobak misalnya, atau tipografi DIY dan narasi kecil di balik pedagang kaki lima. Ia juga bermimpi membuat film pendek bahkan proyek-proyek sosial: mendatangi keluarga-keluarga di lingkungan RT dan membantu mereka memiliki foto keluarga yang layak.

“Di sisi lain, gue pengen karya gue punya manfaat langsung. Gak harus gede sih, tapi dekat. Real.”

JooiBooi terlihat tidak mengejar validasi publik. Ia mementingkan integritas dan koneksi personal. Siapapun boleh membandingkannya dengan seniman lain dalam caranya mengunggah karya ke publik, seperti Alip John atau A.A. Drawing, tapi ia tidak terganggu. “Yang penting orang-orang terdekat gue tau siapa gue sebenarnya,” ucapnya.

Ia percaya bahwa karya yang dikerjakan dengan rasa senang akan menghadirkan vibes positif. Ia tidak memaksakan kedalaman, tidak berpura-pura serius, yang terpenting punya sesuatu untuk terus dibagikan. Karena, seperti yang ia katakan di awal, hidup dan karya adalah soal insting, dan insting itu, sejauh ini, sering kali benar.

Sumber: instagram.com/jooi.booi

Sebagai warga Depok, Gilang punya cinta sekaligus kritik. Menurutnya, Depok pernah berada dalam fase “sombong”, sebuah kota dengan potensi besar, tapi enggan membuka ruang kolaborasi bahkan regenerasi. Kini, perlahan, ia melihat perubahan. Tokoh yang ia puji adalah Zam vokalis Olsam, yang dianggapnya sebagai jembatan antar pelaku kreatif di Depok.

“Gue berharap Depok nggak sesombong dulu. Potensial banget. Sayang banget kalau nggak dibangun bareng-bareng.” Baginya, ekosistem seni yang sehat hanya bisa terbentuk jika semua pelaku bersedia merendah, bekerja sama, dan memberikan ruang bagi generasi berikutnya.

Di kota yang masih mencari bentuknya sendiri dalam menaungi lintas disiplin kesenian, JooiBooi hadir sebagai pengingat bahwa kreativitas tidak harus megah. Ia bisa tumbuh dari kesederhanaan, dari Disc Tarra, gerobak cimol, hingga obrolan iseng soal orang pelor dan kucing berantem.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *