Make your inbox happier!

Subscribe to Our Newsletter

Mempertanyakan Pentingnya Video dalam Musik

Visual aesthethic, video klip, MUSIK VIDEO: Das ist so kultural! Televisi Musik Pada tahun 1980 ada sebuah ide dari beberapa kalangan musisi di Amerika bagaimana menambah pengalaman bermusik dan juga mendengarkan musik dengan cara memasukannya dalam video yang diiringi narasi. Akan tetapi, waktu itu tidak begitu ramai dan bahkan sempat diragukan akan bisa membantu mempopulerkan …

Visual aesthethic, video klip, MUSIK VIDEO: Das ist so kultural!

Televisi Musik

Pada tahun 1980 ada sebuah ide dari beberapa kalangan musisi di Amerika bagaimana menambah pengalaman bermusik dan juga mendengarkan musik dengan cara memasukannya dalam video yang diiringi narasi. Akan tetapi, waktu itu tidak begitu ramai dan bahkan sempat diragukan akan bisa membantu mempopulerkan sebuah lagu atau musik. Beberapa ide munculnya bagaimana sebuah narasi video atau, visual musik memang memiliki banyak sumber yang berkontribusi pada proses kreatifnya. Salah satu yang mungkin bisa terpikirkan sebagai inspirasinya adalah Fantasia (1940), kartun Mickey Mouse menjadi penyihir sesaat memanfaatkan topi sihir majikannya dan menggiring sapu-sapu untuk menyelesaikan pekerjaan rumah (diakhiri dengan plot twist tentunya). Tatkala itu juga muncul televisi kabel berbayar yang hanya menunjukan musik yang dikenal dengan “MTV” atau music television yang berdedikasi memainkan hanya “video musik”, istilah yang diabadikan sebagai sebutan untuk lagu yang disampaikan melalui video. Pada waktu itu, video yang disajikan tidak selalu bernarasi (bercerita) namun lebih ke produksi yang “mengiringi” lagu.

Pouplaritas televisi musik ini menyebar sangat luas, dan bersamanya juga gaya ekspresi dan kebebasan dalam bermusik. Apalagi dengan adanya jalur kreatif baru yaitu memadukan visual dengan musik yang lebih eksploratif dan juga sangat menantang para pembuat video. MTV yang mulai mengudara pada tahun 1981, bulan Agustus mulai mengundang pelanggan baru dan dianggap sebuah kesuksesan besar sehingga mereka pun menetapkan sebuah gaya baru bermusik. Pada tahun 1984 sebagai apresiasi terhadap video musik, diselenggarakan Video Musik Award (VMA) yang memberikan penghargaan kepada The Cars dengan judul “you might think”.

Revolusi Video Musik

Ketika musik video pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat, ada sebuah tawaran baru yaitu visual aesthethic dan juga storytelling. Video musik dianggap sebuah karya karena hanya dalam hitungan menit, produksinya sangat besar seperti film pendek dan bahkan lebih rumit. Selain itu juga para artis musik mencoba memikat penonton dengan berbagai seni visual yang bisa menarik perhatian mereka dengan kostum, gerakan tari, tempat yang eksotis dan juga cerita yang sangat dramatis. Selama itu juga ada “hawa” yang kompetitif yang mulai terasa diantara para artis musik untuk berlomba dalam memberikan yang terbaik selain hanya daripada musik.

Era 80-an

Tahun ini beberapa artis musik mulai bereksprerimen dengan video musik menunjukan kostum dengan pop dan rock dengan gaya storytelling, yaitu dengan bercerita. Lagu Thriller yang dimainkan oleh Michael Jackson adalah salah satu contoh dimana semua aspek musik video disampaikan secara utuh, dan disitu ada sebuah gaya unik tentang bagaimana cerita ini disampaikan. Mengisahkan sebuah kencan pertama dengan menonton film horror dimana diperlilhatkan ternyata kencannya adalah makhluk werewolf. Tentu efek perubahan manusia menjadi srigala, sebuah visual yang traumatis dan juga sangat berkesan pada generasi itu. Era ini dipenuhi dengan konsep sythh-pop seperti Sweet dream are made of these (Eutryutmics), West end girls (Pet Shop boys), Take on me (A-Ha) adalah sedikit dari sekian banyak lagu yang terus menggaung ingatan di masa itu.

Era 90-an

Sebuah film berjudul Straight Outta Compton (2015) bisa jadi sebuah film yang menggambarkan munculnya era bermusik baru pada tahun 90-an yang didominasi dengan musik hip-hop yang mana diiringi dengan video musik degan tema yang khas, bling-bling, b*thces and beamers (triple-B). Sekarang, sekitar 30 tahun kemudian masyarakat umum bisa memahami bahwa menunjukan simbol status dan kekayaan itu penting dalam menarik perhatikan, dikenal dengan sebutan flexing. Istilah ini merujuk pada perhiasan berkilau (bling) atau barang-barang mewah lainnya seperti mobil (beamer adalah sebutan untuk merk mobil BMW) dalam kebanyakan lagu hip-hop. Semua video musik hip-hop tidak lengkap tanpa cuplikan pesta malam, pertunjukan erotisme yang biasa dipertunjukan dengan wanita-wanita. Gaya eksperimen pada era ini juga dipertontonkan dengan efek visual seperti pada video musik Peter Gabriel’s Steam, atau animasi pada Daft Punk’s Around the world. Pada dekade yang sama, video musik mulai merambah ke layar Indonesia. Menunjukan beberapa video musik yang memorable, seperti Janji (Bragi), Bila Kuingat (Lingua), Damai Mimpi (Dr. Pm) dll.

Era Millenium

Munculnya konsep-konsep yang kompleks dan pada masa ini ditandai dengan dimulainya angkatan baru musisi muda, menunjukan gaya visual yang lebih “berani”. Sementara dominasi hip-hop di kala itu mulai kehilangan pamornya. Fenomena ini sudah mulai bermunculan pada penghujung dekade 90-an, dimana alternatif rock dipandang sebagai garda terdepan dalam perkembangan musik. Akan tetapi, selera “pasar” tetap dicarikan celah untuk bisa dimenangkan dengan visualisasi yang pekat dengan corak yang “extravagant”. Di kala itu mereka, para musisi mencoba menggantikan popularitas “the king” atau “Diva” musik dengan beat yang lebih cepat, dengan harapan bisa diuangkan melalui pemutaran di tempat hiburan. Di era ini, metode sampling dan juga synth-pop mulai bermunculan apalagi di penghujung dekade dengan Poker Face (Lady Gaga), I Kissed a girl (Katy Perry) dll.

Musik Video Internasional

Mengimbangi hegemoni amerika lewat MTV, beberapa musik video juga mulai gencar tersebar dibeberapa layar TV diseluruh dunia. Di negara negara teluk atau yang dikenal dengan gulf country, kanal TV ART (Arab Radio Television) dan MBC (Middle-East Broadcasting Center) memberikan selera dan juga gaya musik berbeda dengan lainnya. Bertajuk balada dan juga moderninsasi dikala itu, musik-musik Arab mulai menjadi sebuah fenomena baru dengan berbagai konsep. Salah satunya adalah didi (Khaled) yang ketenarannya menyebar hingga Afrika. Negara-negara Eropa seperti Perancis dan Jerman juga memiliki tampilan visual yang unik, gaya superiornya yang khas: majestic, dan juga simphonic dengan lapis instrumen yang padat memberikan nilai yang khas. Di Eropa juga berkembang lagu lagu hip-hop dengan sentuhan eksotis thai seperti Princesses De La Rue (La Souris Déglinguée), atau diaspora Aljazair seperti Tout n’est pas si facile (supreme NTM). Asia memiliki pasar tersendiri menyebar dari India, Cina, Taiwan hingga Jepang yang kala itu sedang bersaing secara ketat untuk mendominiasi pendengar asia. Tentu tidaklah adil jika kiprah musisi-musisi ini dirangkum dalam artikel kecil, namun yang jelas TV menjadi “mata dunia” yang mempertunjukan sebuah warna budaya yang sangat beragam.

Iconic dan Idol

Dari fenomena dan periodisasi, tentu ada beberapa faktor yang mendorong seorang artis untuk membuat video musik. Pada waktu tidak dikenal ruang dan waktu musik, hanya saja memang dibedakan antara performance artist dan studio artist, dimana performance artist lebih banyak mengandalkan nilai jual melalui konser dan pertunjukan. Sedangkan studio artist lebih banyak menggunakan instrumen dan kedekatan dengan seni musik yang lebih pekat. Selain dua kategori tadi, juga ada beberapa pendekatan lain seperti membentuk komunitas (fanbase) yang lebih dominan perempuan dimana menjual figur maskulintas (boyband) atau feminitas girlband. Akan tetapi dari semua itu memang ada yang lebih menarik dari hanya sekadar musik, seperti Michael Jackson yang ikonik. Selain ikon musik pop ini juga hadir berbagai orientasi sub-genre seperti cakupan musik rock (glamrock, pop-rock, alt-rock, hard-rock, heavy metal dll).

Pada beberapa negara bagian asia, muncul budaya idol yang sangat fenomenal mengandalkan talenta lain dan tidak hanya bermusik. Artis yang dimaksud biasanya juga adalah aktor film dan atau mereka yang lebih banyak terlibat dengan media (fashion model) iklan dan acara TV. Di Jepang, ada Takuya Kimura seorang artis multi talenta seperti aktor dan juga penyanyi yang banyak terlibat di layar kaca dan juga papan iklan. Andy Lau, F4, Utada Hikaru adalah sedikit dari sekian banyak idol yang bermunculan sebagai artis yang muncul di musik video. Di Indonesia sendiri beberapa idol bermunculan, salah satu yang paling sukses adalah Agnes Monica yang mengusung konsep idol walaupun kemudian banyak yang mempertanyakan apakah ia benar-benar mengikuti formula idol yang sesungguhnya atau sekadar membangun citra sebagai entertainer multitalenta. Berbeda dengan konsep idol di Jepang atau Korea yang menekankan sistem pelatihan ketat, kedekatan dengan penggemar, serta dinamika grup yang dikontrol oleh agensi, Agnes lebih menonjol sebagai individu dengan kendali penuh atas kariernya. Hal ini menunjukkan bahwa konsep ‘idol’ di Indonesia sering kali diterapkan secara longgar, lebih sebagai “label pemasaran” ketimbang lingkungan seni yang bernilai.

Internet, Haters dan Kritik Musik

Tulus adalah salah satu konsep distribusi yang unik yang mana dia memulai karirnya dari kanal youtube yang memiliki creative control yang utuh. Internet memungkinkan seorang artis bisa berkreasi tanpa ada batasan label major, dan juga kesesuaian dengan “pasar”. Idealisme yang mahal ini mulai bisa terrealisasi dengan adanya internet, sebelumnya musik video di produksi dan hanya bisa didistribusikan melalui TV yang artinya ditentukan oleh pemilik TV. Sekarang artis musik bisa membuat video musik dan bisa langsung mengunggahnya ke kanal youtube. Akan tetapi memang sebelum youtube sudah banyak artis-artis yang membuat video musik walau memang tidak selalu mengikuti pasar. Nama nama seperti Hanin Dhiya, Feby Putri, Young Lex adalah beberapa artis yang murni lahir dari youtube.

Adanya adopsi teknologi ini juga tidak selalu melancarkan niat dan maksud mereka karena muncul berbagai jenis permasalahan seperti hak kekayaan intelektual atau yang biasa disebut sebut “royalti” yang mana banyak artis dari internet hanya melakukan cover dengan menyanyikan lagu artis lain. Kebebasan eksrepsi yang dianggap tidak sesuai dengan nilai ketimuran ini juga sering kali dipermasalahkan, walaupun memang ini hanyalah masalah preferensi budaya. Selain itu, artis youtube dianggap lebih banyak menimbulkan sensasi daripada berfokus pada perkembangan dan juga pertumbuhan karirnya atau atau kualitas musikalitasnya sendiri. Banyak yang berpendapat bahwa artis YouTube lebih mengandalkan strategi viral dan gimmick daripada membangun fondasi musik yang kuat. Hal ini diperparah dengan pola konsumsi musik digital yang cenderung instan, di mana popularitas sering kali bergantung pada algoritma platform daripada apresiasi terhadap karya itu sendiri.

Tidak sedikit pula artis yang mengalami kesulitan untuk mempertahankan eksistensinya setelah viral. Beberapa di antaranya kesulitan beradaptasi dengan tuntutan industri musik profesional, baik dari segi produksi, promosi, maupun manajemen karier. Ditambah lagi, stigma bahwa mereka hanya sekadar “artis internet” membuat industri konvensional sering kali enggan mengakui mereka sebagai musisi sejati.

Namun, di sisi lain, keberadaan artis YouTube juga merevolusi cara musik diproduksi dan dikonsumsi. Mereka membuktikan bahwa kesuksesan tidak selalu harus melalui jalur industri tradisional. Dengan strategi yang tepat dan kualitas yang konsisten, beberapa di antaranya berhasil membangun karier yang solid tanpa perlu tunduk pada standar dan aturan industri musik mainstream.

Ahmad Zakki

Ahmad Zakki

Ahmad Zakki "Bang Jek" Abdullah (Tasik, 1990) adalah seorang yang menyebut-nyebut dirinya mistikus yang ilmiah. Walaupun mengaku berumur masih muda, ada kecurigaan bahwa dia sebenarnya sudah berumur kepala 5. Dia merasa bahwa menulis adalah sumber agar "awet muda". Sehari-hari mengaku sebagai pengajar di menulisfilm.com dan akhirnya sebagai sejarawan yang serba tahu dan menjadi penulis di Kolase Kultur. Tulisannya adalah gabungan antara SEO dan ekspresionis yang katanya sudah muak dengan gaya menulis jurnal ilmiah. Dia memiliki kehidupan kedua yang "normal" mengajar mahasiswa di universitas yang berlokasi di selatan Jakarta. Selain itu juga mengajar di beberapa tempat lain seperti Univ. IMA, Univ. Nasional, IDS dan Vokasi UI. Dia menawarkan diri sebagai "konsultan produksi" di bidang audio-visual, pengolah data sosial dengan metode NLP dan NVivo di bidang penelitian, pengamat AI di bidang informasi sains dan ahli komunikasi jaringan yang tersertifikasi (walau tidak pernah menunjukan sertifikatnya).
Keep in touch with our news & offers

Subscribe to Our Newsletter

What to read next...

Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *