Make your inbox happier!

Subscribe to Our Newsletter

Halunan dan Roda-Roda Kolektifnya di Depok

Di tengah "geliat" skena musik independen, Halunan muncul sebagai salah satu nama yang konsisten "memupuk" semangat kolektif. Band pop asal Depok yang aktif di Sawangan ini telah menenun banyak arah dalam satu benang merah: berupaya menciptakan ekosistem musik yang hidup dan tumbuh bersama. Setelah "menelurkan" album debut Roda Empat yang masih mereka promosikan hingga kini, …

Di tengah “geliat” skena musik independen, Halunan muncul sebagai salah satu nama yang konsisten “memupuk” semangat kolektif. Band pop asal Depok yang aktif di Sawangan ini telah menenun banyak arah dalam satu benang merah: berupaya menciptakan ekosistem musik yang hidup dan tumbuh bersama.

Setelah “menelurkan” album debut Roda Empat yang masih mereka promosikan hingga kini, Halunan berhasil melampaui batas geografis melalui Juwita, salah satu lagunya, yang ternyata telah digunakan (sebagai latar dalam video) lebih dari 1.000 kali oleh para pengguna TikTok di Malaysia. Bisa dibilang Ini adalah tanda bahwa narasi dan nada yang mereka bangun resonan jauh ke luar Depok. Ada pencampuran “bumbu” yang mudah melebur dengan pengalaman orang banyak.

Melalui informasi dari Firmansyah, salah satu personil Halunan, mereka sedang berada dalam fase eksplorasi dan pendalaman materi untuk album kedua. Selain itu, dengan kolaborasi bersama Sagala Rumah Studio, mereka membuka ruang yang bisa menjadi hub bagi pelaku seni dan budaya, terutama bagi pelaku yang tumbuh di Depok. Sebuah ruang alternatif untuk diskusi, kolaborasi, hingga produksi karya. Bentuk nyata dari upaya mereka mengangkat dan menguatkan ekosistem lokal.

Konsistensi mereka juga tampak dalam bentuk lain: podcast series berjudul Kerja Kelompok, yang tayang setiap Kamis. Podcast ini menjadi sarana berbagi antar anggota band dengan narasumber yang mereka undang. Di sinilah Halunan memperluas identitasnya sebagai medium dialog, bukan hanya pertunjukan.

Tak berhenti di situ, mereka kini tengah merancang seri merchandise sebagai ekspresi visual dan bentuk lain dari semangat kolektif yang mereka bangun. Halunan tampaknya paham betul bahwa sebuah band harus membangun nilai – nilai yang menyentuh keseharian pendengarnya.

Dengan langkah-langkah kecil ini, Halunan ingin membuktikan bahwa Depok punya daya untuk bersaing dengan kota-kota industri lainnya, tanpa perlu meninggalkan “akar”.

Helmi Rafi J

Helmi Rafi J

Helmi Rafi Jayaputra (Depok, 1996) mengambil langkah baru dengan mendirikan Kolase Kultur, sebuah media alternatif di Depok yang berfokus pada seni dan budaya. Kolase Kultur hadir sebagai platform yang menjembatani berbagai ide dan gagasan serta menjadi ruang kolaborasi inklusif antara seniman, kurator dan komunitas. Sebelumnya Helmi bekerja selama 9 tahun sebagai Creative Generalist dan menyelesaikan beragam proyek dokumenter di berbagai kelembagaan non-profit, diantaranya; Penabulu Foundation (2015) dengan isu mengurangi tingkat emisi karbon dunia, Human Rights Working Group (2018) dengan isu Kebebasan Beragama dalam Hak Kemanusiaan, Sawit Watch (2021) dengan isu perhutanan sosial dan konservasi sawit, dan Pandu Laut Nusantara (2024) dengan isu konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Di ranah perfilman, Helmi terlibat dalam INDICINEMA, jaringan bioskop alternatif Indonesia yang berpusat di Bandung. Sejak 2019, ia turut mendirikan dan mengelola satu-satunya bioskop alternatif di Depok. Saat ini aktif membangun dan menulis di Kolase Kultur.
Keep in touch with our news & offers

Subscribe to Our Newsletter

What to read next...

Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *