Cerita - cerita dalam sinema Indonesia yang menggabungkan isu sosial, spiritualitas, dan kehidupan jalanan kerap memiliki daya tarik tersendiri. Salah satu karya terbaru yang mencoba menghadirkan tema tersebut adalah Punk Taubat, sebuah serial drama yang akan tayang di Genflix, platform over-the-top (OTT) milik Indonesia. Kami menemui Ogund Oddity, warga Depok asli, pemilik rumah produksi Onegun …
‘Punk Taubat’ Sentuh Isu Sosial dan Perjalanan Spiritual, Serial Drama Karya Ogund Oddity

Cerita – cerita dalam sinema Indonesia yang menggabungkan isu sosial, spiritualitas, dan kehidupan jalanan kerap memiliki daya tarik tersendiri. Salah satu karya terbaru yang mencoba menghadirkan tema tersebut adalah Punk Taubat, sebuah serial drama yang akan tayang di Genflix, platform over-the-top (OTT) milik Indonesia. Kami menemui Ogund Oddity, warga Depok asli, pemilik rumah produksi Onegun Studio yang menulis dan menyutradarai proyek ini serta Kania Sesa, outdoor enthusiast, penikmat seni budaya sekaligus pemeran utama dalam serial ini.

Awalnya, Punk Taubat hanyalah proyek kecil yang dibuat secara iseng untuk momen bulan Ramadhan. Ogund, bersama Kania dan Hendy, mencoba untuk membuat konten yang bisa memberikan tontonan bermakna di bulan puasa. Seiring berjalannya waktu, mereka melihat potensi yang lebih besar dalam cerita ini. Dari sekadar rencana unggahan di YouTube, proyek ini berkembang menjadi sebuah serial yang akhirnya akan tayang di Genflix.
Punk Taubat mengisahkan perjalanan Zahra Khalisa (diperankan oleh Kania Sesa), seorang perempuan lulusan pesantren yang terjerumus dalam dunia punk setelah dihantui dendam dan kehilangan. Zahra menyalahkan ayahnya atas kematian ibunya, membuatnya menjauh dari agama dan memilih hidup di jalanan bersama dua sahabatnya, Zenk dan Jamal.
Zenk (diperankan oleh Ogund) adalah seorang pemuda yang hatinya hancur setelah gagal menikahi perempuan yang ia cintai. Sementara Jamal (diperankan oleh Hendy) tenggelam dalam lilitan utang yang tak berujung, membuatnya kehilangan harapan. Mereka bertiga percaya bahwa kematian adalah satu-satunya jalan keluar.
Namun, ketika pertemuan tak terduga dengan seorang ustadz muda mengubah arah perjalanan mereka, mereka dipaksa untuk menghadapi masa lalu dan menemukan makna baru dalam hidup. Melalui perlawanan batin, amarah, dan keputusasaan, mereka perlahan menyadari bahwa harapan masih ada.
Tentu ‘harapan masih ada’ bukan sekadar di cerita fiksi saja, misi utama Ogund dan Kania dalam serial ini mengubah stigma masyarakat terhadap anak punk—harapan yang tak pernah pupus namun masalah tak kunjung luput.—Menurut Ogund, anak punk dianggap sebagai kaum berandalan, kotor, dan tak memiliki masa depan. Punk Taubat ingin menunjukkan sisi lain dari kehidupan mereka bahwa mereka juga manusia dengan hak yang sama, beragam kisah dan juga memiliki impian.
Kania, juga menekankan pentingnya pesan sosial dalam serial ini.
“Masyarakat seringkali hanya melihat cover seseorang tanpa memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup mereka. Lewat Punk Taubat, setidaknya kita ingin mengajak berpikir lebih luas dan tidak mudah menghakimi begitu saja.”
Sebagai pemeran utama Kania juga menambahkan bahwa dia ingin mendalami karakter Zahra dengan lebih dalam.
“Aku ingin menyampaikan emosi yang benar-benar dirasakan Zahra, bagaimana dia menghadapi dunia dengan penuh luka tetapi tetap mencari makna kehidupan. Aku berharap karakter ini bukan hanya menginspirasi banyak orang, tapi menjadi obat bagi siapapun yang mengalami hal serupa.”

Dalam proses penciptaannya, Ogund mengaku terinspirasi oleh beberapa karya populer. ia menggabungkan elemen dari Punk In Love (2019) karya Ody C. Harahap, Kiamat Sudah Dekat (2003), dan Para Pencari Tuhan (2007) karya Deddy Mizwar, menghasilkan perpaduan antara drama, romansa, dan komedi yang khas.
“Gue ingin menyampaikan pesan lewat cerita yang kuat, bukan sekadar teknik sinematografi yang keren. Bagi gue, kalau pesannya gak nyampe, percuma punya teknik pengambilan gambar yang canggih.” ujar Ogund.
Selain itu juga kedekatannya dengan dunia punk nampak berasal dari keterlibatan band ‘Kuli Attack’ miliknya dengan genre pop punk dalam skena kota Bogor dari tahun 2023. Memberikan kekayaan tersendiri dalam penceritaan juga akses terhadap dunia punk. Bahkan uniknya, Ogund benar-benar melibatkan komunitas punk bernama ‘Cibinong Riots’ untuk menjadi supporting cast di serial ini.

Produksi Punk Taubat berjalan dalam waktu yang cukup singkat dan menghadapi berbagai tantangan. Salah satu kendala utama adalah cuaca yang tidak menentu, serta tuntutan untuk menyelesaikan banyak adegan dialog dalam waktu yang terbatas. Selain itu, beberapa kru dan pemain juga merangkap peran lain dalam produksi, seperti Kania yang selain menjadi pemeran utama juga bertugas sebagai line producer.
“Proses produksi ini melelahkan tetapi penuh energi positif. Kita semua bekerja keras untuk memastikan bahwa cerita ini tersampaikan dengan baik. Aku dan kak Ogund, misalnya, harus membagi fokus antara akting dan mengurus produksi. Itu jadi tantangan tersendiri,” ujar Kania.
Meski demikian, tim berhasil menyelesaikan produksi dalam waktu singkat dan siap menayangkan serial ini selama bulan Ramadhan, dengan total sembilan episode yang akan tayang dua kali seminggu.
Dalam mempromosikan serial ini, Ogund dan Kania memiliki berbagai strategi selain memanfaatkan akun media sosial pribadi mereka yang memiliki banyak pengikut. Mereka tengah bekerja sama dengan berbagai komunitas dan influencer untuk memperluas jangkauan penonton.
“Gue gak mau promosi yang biasa seperti ‘Jangan lewatkan bla bla bla’. Kita harus bikin strategi marketing yang engaging biar orang tertarik,” ungkap Ogund.
Selain itu, Kania juga menambahkan bahwa keterlibatan komunitas sangat penting dalam mempromosikan Punk Taubat.
“Aku punya banyak relasi di komunitas kreatif dan sosial. Kita ingin memanfaatkan jaringan ini untuk menyebarkan cerita Punk Taubat lebih luas lagi.”

Lebih dari sekadar hiburan, Punk Taubat hadir dengan misi yang lebih besar—memberikan ruang bagi sineas lokal terutama kota Depok untuk berkarya dan membuktikan bahwa mereka bisa bersaing dengan industri film arus utama.
“Gue tuh kalau membuat salah satu karya itu berusaha memberikan kesempatan. Jangan yang tenar-tenar mulu nih yang nongol. Kita yang belum pernah mungkin bisa juga sebenarnya, masalahnya belum ada ruang yang adil dan memiliki kesempatan yang sama. Jadi, gue berusaha membuat kesempatan itu menjadi kenyataan. Dan malah uniknya pemain supportnya itu yang terkenal-terkenal. Berkebalikan.” Ucapnya sambil tertawa.
“Intinya gue ingin memberikan kesempatan bagi aktor dan sineas lokal. Banyak bakat luar biasa di luar sana yang hanya butuh kesempatan untuk bersinar,” ujar Ogund.
Kania pun berbagi harapannya,
“Aku berharap serial ini tidak hanya memberikan hiburan tetapi bisa membuat kita bangkit dari keterpurukan dan menemukan makna hidup, sama seperti Zahra dan teman-temannya dalam cerita ini.”
Punk Taubat bukan hanya sekadar serial drama biasa. Dengan mengangkat tema sosial dan spiritual yang kuat, serial ini berusaha memberikan perspektif baru tentang kehidupan anak punk dan perjuangan mereka dalam mencari makna hidup. Dengan semangat kerja tim dalam mengatur strategi pemasaran dan melibatkan berbagai komunitas serta supporting cast yang relevan, rasanya Punk Taubat berpotensi menjadi tontonan yang berkesan di bulan Ramadhan tahun ini.
Bagi yang penasaran, serial ini bisa mulai ditonton di Genflix mulai 1 Maret, dengan hak siar eksklusif selama satu tahun. Jangan lewatkan kisah dari kacamata kreatif warga Depok yang satu ini!
Tim redaksi hanya bisa berharap saat waktunya karakter punk itu taubat, semoga tetap membawa semangat punk dalam melawan ketidakadilan pada carut-marutnya sosial-politik kita.