Setelah dua bulan vakum karena bulan ramadhan dan momen lebaran Idul Fitri, Komunitas Depok Magician akhirnya kembali menghidupkan panggung dengan gathering dan pertunjukan yang digelar baru-baru ini. Kembalinya para pesulap lokal ini disambut dengan antusias dan penuh semangat oleh para anggota komunitas maupun penonton yang hadir.
“Perasaannya bisa mulai gathering atau perform lagi ya seneng aja setelah 2 bulan off,” ujar Zaky, salah satu pengurus komunitas.

Gathering kali bisa dibilang lebih spesial karena keberanian para performer menampilkan hal-hal baru yang belum pernah mereka bawakan secara langsung sebelumnya. Ada yang bereksperimen dengan genre di luar “zona nyaman”, ada yang membawakan sulap berteknologi tinggi (hi-tech magic), pantomim yang dipadukan dengan trik sulap, hingga aksi-aksi menegangkan yang membuat penonton terpukau. Yang pasti, peningkatan kemampuan tiap performer sangat terlihat dan acara berlangsung makin seru.
Bagi yang penasaran dengan aksi-aksi mereka, gathering berikutnya akan digelar secara rutin di Kaldi Cafe, Depok. “Selalu ada kejutan di tiap penampilannya! Selagi masih gratis. Mana tau kedepannya gak gratis lagi,” ucap Zaky dengan nada bercanda.
Komunitas ini terbuka untuk siapa saja yang tertarik dengan dunia sulap, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman. Untuk bergabung, cukup hubungi akun Instagram mereka di @depokmagician atau bergabung ke grup WhatsApp komunitas. Selain gathering, anggota juga bisa ikut sesi jamming untuk berbagi ilmu dan latihan bersama.
Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan keajaiban sulap dari para pesulap lokal yang terus berkembang dan berinovasi!


Helmi Rafi Jayaputra (Depok, 1996) mengambil langkah baru dengan mendirikan Kolase Kultur, sebuah media alternatif di Depok yang berfokus pada seni dan budaya. Kolase Kultur hadir sebagai platform yang menjembatani berbagai ide dan gagasan serta menjadi ruang kolaborasi inklusif antara seniman, kurator dan komunitas. Sebelumnya Helmi bekerja selama 9 tahun sebagai Creative Generalist dan menyelesaikan beragam proyek dokumenter di berbagai kelembagaan non-profit, diantaranya; Penabulu Foundation (2015) dengan isu mengurangi tingkat emisi karbon dunia, Human Rights Working Group (2018) dengan isu Kebebasan Beragama dalam Hak Kemanusiaan, Sawit Watch (2021) dengan isu perhutanan sosial dan konservasi sawit, dan Pandu Laut Nusantara (2024) dengan isu konservasi laut dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Di ranah perfilman, Helmi terlibat dalam INDICINEMA, jaringan bioskop alternatif Indonesia yang berpusat di Bandung. Sejak 2019, ia turut mendirikan dan mengelola satu-satunya bioskop alternatif di Depok. Saat ini aktif membangun dan menulis di Kolase Kultur.
Tinggalkan Balasan ke Octa Batalkan balasan