Selama setahun (2 Oktober 2024 - 2 Oktober 2025) yayasan Sitor Situmorang–yang saya dirikan bersama keluarga dan sahabat–telah menyelenggarakan peringatan 100 Tahun Sitor Situmorang yang bertujuan untuk “memasyarakatkan” kembali karya-karya bapak, baik di bidang sastra, drama, cerita film, terjemahan, esai, antropologi, hingga ke kebudayaan. Sebelum peringatan tersebut, kami diundang Radio Pro 4 FM untuk membahas …
Laporan untuk Bapak: Rangkaian Peringatan 100 tahun Sitor Situmorang dan Siapa-Siapa yang Terlibat

Selama setahun (2 Oktober 2024 – 2 Oktober 2025) yayasan Sitor Situmorang–yang saya dirikan bersama keluarga dan sahabat–telah menyelenggarakan peringatan 100 Tahun Sitor Situmorang yang bertujuan untuk “memasyarakatkan” kembali karya-karya bapak, baik di bidang sastra, drama, cerita film, terjemahan, esai, antropologi, hingga ke kebudayaan.
Sebelum peringatan tersebut, kami diundang Radio Pro 4 FM untuk membahas rencana kegiatan. Selama 4 jam, selain membahas tentang sejarah Sitor Situmorang, kami menyampaikan semua rencana yang diselingi dengan lagu dan baca puisi.
Sebagai pengantar awal peringatan, kami mengadakan Ngabuburit Sastra saat bulan puasa yang bertempat di sekretariat yayasan kami, Rumah Ragamukti di Depok. Acara yang bertema Bencana Ekologi itu diisi dengan rangkaian pembacaan sajak bapak–bertemakan lingkungan. Turut diisi oleh Nestor Riko Tambun, Iman Sembada, Gong Merah Putih, Doddy Priambodo dan Wilson. Mereka semua membaca puisi, sebagiannya berformat puisi musikal. Kecuali Gus Roy (Roy Murtadho), ia menyampaikan orasi dengan menggebu-gebu.

Peringatan 100 tahun Sitor Situmorang dimulai dengan pameran arsip Wajah Tak Bernama, yang diambil dari salah satu judul kumpulan puisi bapak yang terbit tahun 1955. Pembukaan sukses dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2024 di aula PDS HB Jassin, diisi oleh pembacaan sajak oleh Iman Soleh & Paulus Simangunsong. Testimoni datang dari sahabat bapak, Dolorosa Sinaga dan Marco Kusumawijaya yang ditemani Ratna Riantiarno serta yang memberi pengantar, Eka Budianta. Hardoni Sitohang mengisi musik gondang di acara pembukaan yang dipandu oleh sahabat keluarga kami, Debra H. Yatim.
Pameran arsip itu berlangsung selama sebulan penuh dari 2 Oktober – 2 November 2024. Di sela pameran, pada 19 Oktober 2024, kami meluncurkan buku terjemahan sajak bapak ke dalam bahasa jerman Zwischen Zwei Kontinenten, juga melangsungkan diskusi bertajuk Riwayat Kreatif Sitor Situmorang: Dari Danau Toba sampai Penjara Orba oleh Martina Heinsche yang datang langsung dari German.
Pada 19 Oktober 2024, Mikael Johani di serambi gedung Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) H.B. Jassin mengadakan acara Bermain Haiku ala Sitor. Mikael mengajak peserta memilih dan merajut penggalan sajak-sajak Sitor menjadi sajak pendek. Di akhir pameran, Murti Bunanta mengadakan workshop bersama anak-anak homeschooling di ruang serba guna PDS H.B. Jassin. Workshop tersebut berdasarkan buku cerita bapak yang berjudul Gajah, Harimau dan Ikan.

Sebelumnya, pada 30 Agustus 2024 yang bertempat di Kekini, Cikini, bersama Komunitas Bambu, kami mengadakan sebuah acara pembacaan puisi. Mikael Johani, Anya Rompas, Yoshi Fe, Edo Wallad dan Bogor Book Party turut hadir dalam agenda Membaca dan Menafsir Sajak Sitor Situmorang. Acara Itulah yang menginisiasi kegiatan pembacaan puisi eksis pada setiap akhir minggu selama pameran arsip berlangsung. Kegiatan tersebut diikuti oleh pegiat sastra dan awam.
Edi Bonetsky, seorang perupa muda, mengadakan pameran bertajuk Jemuran Sitor yang Tak Pernah Kering di dua hari sebelum pameran berakhir. Edi mengajak siapapun yang datang melihat pameran untuk memilih dan membaca sajak bapak. Edi meresponnya dengan membuat karya rupa dari seluruh pembacaan sajak itu.
Di waktu yang sama, 2 Oktober 2024, sebuah yayasan bernama Lucian Paye di Paris, Perancis turut merayakan 100 tahun Sitor Situmorang bertajuk Paris La Nuit. Diisi dengan pemutaran film dokumenter tentang bapak berjudul Tongkat di atas Batu karya Afrizal Malna dan musik dari sajak bapak yang dibawakan Kojek Rap Betawi. Perayaan ini juga dihadiri tokoh teater Indonesia, Jim Adilimas, yang merupakan sahabat lama bapak dan telah puluhan tahun bermukim di Paris. Selain Lucian Paye, acara tersebut berkolaborasi dengan Seni +7 dan masyarakat sastra Paris.
Le Maung, sebuah cafe di Paris mengadakan pameran sajak bapak dalam bahasa Perancis & Ilustrasi Erland Sibuea dari buku kumpulan sajak Angin dan Air Danau Toba. Atas permintaannya pula pameran berlanjut ke kota Toulouse, Perancis, yang telah berlangsung pada 27 Maret – 17 April 2025 silam.
Bulan november 2024, di Frankfurt Book Fair German, KlassikHaus membawakan 7 repertoar dari sajak-sajak Sitor Situmorang. Mereka kembali mengadakan pentas di toko buku Kobam, Menteng, pada 21 Maret 2025. Pada bulan yang sama, Via-Via sebuah cafe di wilayah Yogyakarta menyelenggarakan diskusi buku kumpulan cerpen lengkap bapak yang berjudul Ibu Pergi Ke Surga. Para pemantik yang hadir meliputi Katrin Bandel, Saut Situmorang dan JJ. Rizal serta dimoderatori oleh Ni Made Purnama Sari. Acara ditutup dengan pembacaan cerpen oleh Landung Simatupang.

Peringatan bapak juga dirayakan di kota Arnhem, Belanda, dengan konsep musikalisasi puisi dan konser. Acara yang telah diadakan itu menampilkan konser bertajuk The Tale of Two Continents. Konser ini melibatkan enam komponis muda Indonesia yang menciptakan komposisi baru yang terinspirasi dari sajak-sajak bapak.
Selain itu, di Melanchton Akademie, Köln, Jerman, dalam rangka 75 tahun hubungan Jerman-Indonesia terdapat salah satu acara yang mendiskusikan dan memperkenalkan empat pengarang penting dari Indonesia. Selain bapak, ada Pramoedya Ananta Toer, Mochtar Lubis, Sutan Takdir Alisyahban Acara diselenggarakan dengan berbagai kegiatan seperti pembacaan, laporan film, musik, dan diskusi seberpengaruh apa empat penulis tersebut dan dampaknya terhadap sosial-politik.
Pada tanggal 2-9 Oktober 2025 di Balai Budaja, Menteng, Jakarta, sebagai bagian akhir dari rangkaian peringatan ini, kami menyelenggarakan pameran ilustrasi karya Salim Martowiredjo untuk buku cerita anak Gajah, Harimau dan Ikan. Buku tersebut pertama kali terbit tahun 1981, artinya sudah 44 tahun lalu masanya. Ilustrasinya kembali dihidupkan oleh Salim M, seorang ilustrator anak yang beberapa karyanya memenangi penghargaan internasional.
Sebanyak 31 ilustrasi Hitam Putih ukuran A3 dan 1 ilustrasi berwarna (cover) dipamerkan. Kami juga mengadakan rangkaian lokakarya sebagai acara pendamping, ada workshop Cukil Kayu bersama Ardian Syah dan workshop Boneka Amigurumi bersama Erni.
Paulus Simangunsong, yang saat pembukaan pameran arsip hadir membacakan sajak bapak, kembali membacakannya pada hari ketiga pameran. Nadia Hastarini dari Perempuan Baca turut membacakan sajak bapak. Sedangkan Windy, Theo dan Billy dari KlasikHaus tampil dengan format musikalisasi puisi berdasarkan sajak-sajak bapak.

Hari terakhir pameran, kami berhasil meluncurkan buku Gajah, Harimau dan Ikan yang saat ini pula ada tersusun dalam rak-rak toko buku Komunitas Bambu. Murti Bunanta, seorang ahli cerita anak dan Bambang Bujono pemerhati Seni Rupa, mengulas buku tersebut dengan dipandu oleh Shahnaz Haque sebagai moderator.
Sebagai penutup seluruh rangkaian peringatan ini, pada 15 November 2025, kami kembali mengadakan sebuah acara, pertunjukan dongeng Gajah, Harimau dan Ikan dengan boneka Amigurumi bersama Erni dan diskusi buku Gajah, Harimau dan Ikan bersama Salim Martowiredjo dan JJ. Rizal. Kegiatan berlangsung di Ruang Emiria Soenassa Taman Ismail Marzuki sebagai bagian dari Jakarta International Literary Festival (JILF) 2025.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, secara mandiri, banyak pihak menyelenggarakan acara yang berhubungan dengan peringatan 100 tahun Sitor Situmorang diantaranya: Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Universitas Diponegoro, Klub baca Radio Buku Yogyakarta, TISI, ApSas (Apresiasi Sastra) yang diadakan di 3 kota; Yogyakarta, Mataram dan Bali, serta Festival Literasi di Indramayu.

Beberapa komunitas juga turut merayakan, seperti Silih Asah Bogor, Bogor Book Party dan para perupa Jakarta. Kalam, sebuah majalah sastra meramaikan peringatan ini dengan menyelenggarakan lomba kritik Sastra Menyigi Sitor Situmorang dan Subagio Sastrowardoyo yang diadakan bulan Agustus – Oktober 2024.
Sebelumnya juga, pada tanggal 2 Februari 2025, Kios Ojo Keos mengadakan giat diskusi bertajuk Sore untuk Sitor, Yoshi Fe, JJ. Rizal, termasuk saya sendiri mengisi bincang tersebut. Pemutaran film juga ada, Paris, Juillet karya Aditya Ahmad dan Maaf Hari Senin Tutup karya Anggun Priambodo. Gong Merah Putih dan Windy Setiadi mengisi penampilan musik.

Meski telah melaksanakan banyak kegiatan, masih ada beberapa rencana yang belum terlaksana saat peringatan ini, diantaranya, mencetak ulang buku bapak tentang antropologi sejarah sosial-politik berjudul: Toba Na Sae, Pentas drama Jalan Mutiara dan Pulo Batu, Diskusi bertajuk Marhaenisme dan Kebudayaan, Pameran foto bapak Karya Poriaman Sitanggang, Festival Sastra Harianboho dan penulisan buku biografi tentang bapak.
Semua kegiatan kami selenggarakan secara mandiri tanpa bantuan sponsor. Terkait pendanaan, kami kumpulkan dengan menjual buku-buku karya bapak kepada donatur. Sebagian besar biaya rangkaian ini saya kumpulkan dari kocek-kocek pribadi.





