Make your inbox happier!

Subscribe to Our Newsletter

Distorsi Remuk dan Lebam yang Menyeruak

Jika Nirvana berasal dari Seattle, yang tepat berada di pinggiran ibu kota. Berarti tepat, Arc Yellow hadir di kota Depok.Teringat perkenalan saya dengan Arc Yellow dimulai pada tahun 2016, pada saat saya berkelana di Bandcamp. Band dengan cover berwarna kuning terang dengan gaya visual kolase yang masih sederhana (cover album Arc Yellow setelah itu lebih …

Jika Nirvana berasal dari Seattle, yang tepat berada di pinggiran ibu kota. Berarti tepat, Arc Yellow hadir di kota Depok.

Teringat perkenalan saya dengan Arc Yellow dimulai pada tahun 2016, pada saat saya berkelana di Bandcamp. Band dengan cover berwarna kuning terang dengan gaya visual kolase yang masih sederhana (cover album Arc Yellow setelah itu lebih liar dan eye catching). Dengan menyertai tagar Depok pada profilnya. Album itu berjudul Rad Pop Package milik Arc Yellow. Sebetulnya saya kurang paham, ini album atau EP.

Trayek “Depok – Bandung” menjadikan alasan saya untuk memutar album terbaru mereka, ketika album ini terputar, bayangan saya seperti berada di ruangan yang terang dengan barang-barang yang sedikit berantakan dan tidak peduli. Dalam album sebelum nya, yaitu Oh Well… Nothing, saya merasakan pengaruh In Utero milik Nirvana yang kuat. Saya sudah membayangkan bunyi distorsi yang tebal, gaungan feedback gitar yang ugal dan juga beberapa teriakan vokal yang jauh dari kata santai. Tapi beberapa bayangan saya barusan, dibelokkan oleh mereka di Remuk Lebam.

Aroma indie-rock tahun 90-an nya masih terasa, lengkap dengan distorsinya. Walau kali ini distorsinya lebih nyaman di telinga. Tidak lupa rasa manis dan indahnya pop tetap mereka jaga dan pertahankan, atau malah bahkan lebih mereka mantapkan. Tentu dengan gaya visual yang menjadi langganan mereka, yaitu kolase. Saya tidak tahu yang membuat visual ini Gilang (gitaris dan juga vokalis Arc Yellow) atau siapa, tapi kali ini terasa simple sekali covernya, tidak serumit seperti cover sebelumnya.

Sungguh Cekatan menjadi lagu favorit. Ketika saya kembali ke Depok keesokan harinya, lalu melanjutkan kesibukan sehari – hari, yaitu bekerja, lagu ini saya putar ulang. Riff – riff yang membuat kepala bergoyang ke kanan dan ke kiri, sambil menerobos angkot – angkot sialan yang selalu berhenti sembarangan di depan stasiun Lenteng agung. Bunyi gitar yang ditemani bunyi tamborin tipis, ah manis sekali!

Hajar Hajar Hajar membuat saya geleng – geleng kepala. Gaungan gitar penuh distorsi ala nirvana tidak hilang, berisik bunyi drum dari album sebelumnya masih terasa jelas dalam lagu ini. Diikuti dengan teriakan dari featuring seorang perempuan dengan suara centilnya. Yes! Liar sekali.

Karat dan Cahaya Selepas Hujan, kedua lagu yang membuat saya kaget. Dua lagu dengan gitar kopong, tanpa distorsi ugal dan bunyi drum kencang. Dua lagu yang berada di dalam album ini seketika membuat saya berimajinasi: seperti Arc Yellow versi MTV Unplugged in New York. Cahaya selepas hujan pun berhasil menutup album ini dengan sederhana, dan manis sekali.

Mendengarkan ulang album ini membuat saya kembali terbayang suasana, tetap di ruangan yang terang, sedikit berantakan dan tidak peduli untuk merapikannya, namun seperti memegang seember ayam goreng, lalu makan dengan lahap tanpa ampun sambil duduk di tengah ruang tersebut. Intinya, Remuk Lebam berhasil mengantar saya pada absurditas yang tak terduga, dan juga tentang distopia yang selalu perlu ditertawakan.

Setelah belimbing, Arc Yellow adalah oleh oleh khas Depok berikutnya.

Gilang Ilalang

Gilang Ilalang

Gilang G Ilalang (Depok, 1999) Bekerja sebagi grafis desainer purna waktu. Aktif mengelola Perkara Records dan Distrik170. Kadang jadi anak band juga, diantaranya Jurang dan Flood.
Keep in touch with our news & offers

Subscribe to Our Newsletter

What to read next...

Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *