Tahun 2019 ketika web series Indonesia semakin berkembang, Kanacine, kelompok film di Depok hadir lewat Jerat sebagai karya yang menyentuh tema relasi personal dengan pendekatan yang intens dan penuh ketegangan psikologis. Disutradarai oleh Sekar Dewantari dan diproduksi oleh kelompok film Kanacine, seri ini menyoroti dinamika kekuasaan dan ketergantungan dalam hubungan pasangan muda. Jeremy dan Ratih …
Webseries Jerat: Lebih dari Sekadar Hubungan “Toxic”

Tahun 2019 ketika web series Indonesia semakin berkembang, Kanacine, kelompok film di Depok hadir lewat Jerat sebagai karya yang menyentuh tema relasi personal dengan pendekatan yang intens dan penuh ketegangan psikologis. Disutradarai oleh Sekar Dewantari dan diproduksi oleh kelompok film Kanacine, seri ini menyoroti dinamika kekuasaan dan ketergantungan dalam hubungan pasangan muda.
Jeremy dan Ratih telah menjalin hubungan selama empat tahun. Di permukaan, kehidupan mereka tampak stabil—Ratih tinggal di apartemen milik Jeremy, dan seluruh kebutuhannya mulai dari pakaian, makanan, tempat tinggal, hingga pendidikan dibiayai sepenuhnya oleh Jeremy. Banyak orang mungkin menganggap kehidupan Ratih aman dan terjamin. Namun, seperti yang perlahan terungkap dalam setiap episode, stabilitas ini dibangun di atas ketergantungan mutlak yang berujung pada keterasingan dan eksploitasi.

Ketika seseorang mengendalikan semua aspek hidup pasangannya, apa yang tersisa dari kebebasan? Inilah pertanyaan besar yang disodorkan Jerat. Dominasi Jeremy atas Ratih tak hanya bersifat finansial, tetapi juga emosional dan psikologis. Ketiadaan ruang untuk bebas menjadikan Ratih hidup dalam penjara tak kasat mata, jerat.
Melalui cerita ini, Sekar dengan berani mengangkat isu relasi yang kerap luput dari perhatian publik: kekerasan dalam bentuk kontrol total. Ketika eksploitasi utuh, tidak lagi hadir dalam bentuk fisik atau verbal, tapi juga melalui ketergantungan ekonomi dan pembatasan kebebasan, penonton diajak berpikir, apakah ini masih cinta, atau justru bentuk baru perbudakan?
Saya berkesempatan menyelesaikan proses pascaproduksi untuk Jerat episode 1 hingga 9. Dalam tahapan ini, intensitas emosional dan lapisan naratif yang kompleks diperkuat melalui ritme penyuntingan, warna visual yang dingin, serta penggunaan sound design yang mendukung tiap adegan. Semua elemen teknis tersebut berpadu untuk mempertegas atmosfer keterasingan yang dialami tokoh Ratih.

Jerat menyuarakan suara-suara yang kerap dibungkam dalam hubungan yang terlihat “baik-baik saja” dari luar. Dalam dunia yang masih sering menyalahkan korban (terutama perempuan) atau mengabaikan tanda-tanda kekerasan non-fisik, Jerat hadir sebagai narasi penting untuk terus dibicarakan.